Sejarah lengkap tentang VOC di Indonesia | Sejarah Dunia
Sejarah tentang negara belanda ( VOC ) di indonesia
Dan juga sebab kebangkrutan VOC
VOC atau Vereenigde Oostindische Compagnie
(Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda)
didirikan pertama kali pada 20 Maret 1602 oleh perusahaan
Belanda. VOC memiliki tujuan yaitu untuk memonopoli perdagangan di wilayah
hindia timur. Perusahaan ini karena pada abad ke-16 Portugis dan Spanyol
menguasai pelayaran ke Asia serta menguasai perdagangan rempah-rempah antara
Asia dengan Eropa, khususnya perdagangan lada. Dalam perkembangan selanjutnya
di Eropa, Raja Portugal memiliki kekuasaan tunggal atas pengangkutan dan
pembelian hasil bumi dari Asia. Semua kontrak jual beli hasil bumi ditentukan
harganya oleh Raja Portugal. Orang-orang Belanda yang dikenal sebagai pedagang
merasa dirugikan oleh tindakan Portugal tersebut, dan akhirnya berusaha mencari
jalan sendiri untuk menghindari monopoli perdagangan Portugal.
Sebelum terbentuknya VOC, ekspedisi Belanda pertama ke
Asia telah melakukan tiga kali pelayaran antara tahun 1594 – 1596 namun
mengalami kegagalan. Para pelaut banyak yang jatuh sakit karena keracunan
makanan yang sudah membusuk. Kapal pertama Belanda mendarat di Banten tahun
1596, tetapi tidak mendapat rempah-rempah seperti yang diharapkan. Pelayaran
selanjutnya ke Maluku (kapal “De Houtman” dan “Van Beuningen”) mengalami
kegagalan juga, karena terjadi bentrokan fisik antara awak kapal dengan
penduduk setempat sehingga banyak pelautnya yang mati. Pada tahun 1597 tiga
dari empat kapal kembali ke Belanda dan dari 249 awak kapal hanya tinggal 90
orang yang masih hidup. Ekspedisi kedua dilakukan pada tahun 1598 dengan
8 buah kapal dibawah komando kapten kapal van Neck dan van Warwijk yang
berhasil membawa rempah-rempah dalam jumlah besar dari kepulauan Maluku
terutama dari Banda, Ambon dan Ternate.
VOC merupakan perusahaan multinasional yang pertama di
dunia yang tersebar di banyak negara, dan dalam melaksanakan kegiatan
perdagangannya tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan yang tidak
beradab, termasuk pembunuhan terhadap penduduk dan memperlakukan penduduk asli
sebagai budak tanpa rasa perikemanusiaan khususnya di Indonesia.
Persaingan antara Belanda dan Portugis dalam
perdagangan rempah-rempah di kepulauan Maluku berakhir ketika Belanda berhasil
membangun permukiman tetap dengan mengusir Portugal pada tgl 23 Februari 1605.
Secara umum dapatlah dikatakan bahwa Belanda berhasil menggantikan posisi
Portugal mendapatkan sumber hasil bumi dari kepulauan Nusantara. Selama dua
abad menguasai bumi Indonesia, VOC telah bertindak dan memerintah dengan
menggunakan kekuasaan militer menekan dan mengadu-domba kerajaan-kerajaan
setempat, memberlakukan hukumnya sendiri di seluruh Indonesia, memiliki
pengadilan sendiri dan melakukan perdagangan monopoli yang sangat merugikan
rakyat.
Menurut para ilmuan Belanda, kedatangan Belanda ke
kawasan Nusantara memiliki “Tujuan Suci” yaitu:
1. men-civilized-kan
orang-orang Indonesia yang masih primitif;
2. memberi kemakmuran kepada orang-orang Indonesia yang masih terbelakang,
3. mempersatukan orang-orang Indonesia yang selalu berkelahi antar mereka,
4. memberi pendidikan dan kemajuan rakyat Indonesia, dan
5. kedatangan VOC ke Indonesia semata-mata untuk berdagang saja.
2. memberi kemakmuran kepada orang-orang Indonesia yang masih terbelakang,
3. mempersatukan orang-orang Indonesia yang selalu berkelahi antar mereka,
4. memberi pendidikan dan kemajuan rakyat Indonesia, dan
5. kedatangan VOC ke Indonesia semata-mata untuk berdagang saja.
Selain itu VOC juga memiliki hak-hak istimewa yang
tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta)
tanggal 20 Maret 1602
meliputi:
- Hak
monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai
perdagangan untuk kepentingan sendiri;
- Hak
kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara
untuk:
- memelihara
angkatan perang,
- memaklumkan
perang dan mengadakan perdamaian,
- merebut
dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,
- memerintah
daerah-daerah tersebut,
- menetapkan/mengeluarkan
mata-uang sendiri, dan
- memungut pajak.
Berikut ini dalah kisah perjalanan VOC di tanah
Nusantara :
Abad ke-17
- Maret 1602 – Belanda berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah dengan membentuk suatu kongsi dagang
bernama VOC (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie).
- 1603 –
VOC telah membangun pusat perdagangan pertama yang tetap di Banten namun tidak menguntungkan kerena persaingan
dengan para pedagang Tionghoa dan Inggris.
- Februari 1605 – Armada VOC bersekutu dengan Hitu
menyerang kubu pertahanan Portugis diAmbon dengan
imbalan VOC berhak sebagai pembeli tunggal rempah-rempah di Hitu.
- 1602 – Sir James Lancaster kembali ditunjuk memimpin pelayaran yang
armada berisi orang-orang The East India Company dan tiba di Aceh untuk selanjutnya menuju Banten.
- 1604 –
Pelayaran yang ke-2 maskapai Inggris yang dipimpin oleh Sir Henry
Middleton, maskapai ini berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon dan
Banda. Akan tetapi di wilayah yang mereka kunjungi ini mendapat perlawanan
yang keras dari VOC.
- 1609 –
VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan namun niat tersebut
dihalangi oleh raja Gowa. Raja
Gowa tersebut melakukan kerjasama dengan pedagang-pedagang Inggris,
Prancis, Denmark, Spanyol dan Portugis.
- 1610 –
Ambon dijadikan pusat VOC, dipimpin seorang-gubernur jendral. Tetapi
selama 3 orang gubernur-jendral, Ambon tidak begitu memuaskan untuk
dijadikan markas besar karena jauh dari jalur-jalur utama perdagangan
Asia.
- 1611 –
Inggris berhasil mendirikan kantor dagangnya di bagian Indonesia lainnya,
di Sukadana (Kalimantan barat daya), Makassar, Jayakerta, Jepara, Aceh,
Priaman, Jambi.
- 1618 –
Des Banten mengambil keputusan untuk menghadapi Jayakarta dan VOC dengan memaksa
Inggris untuk membantu, dipimpin laksamana Thomas Dale.
- 1619 –
Ketika VOC akan menyerah pada Inggris, secara tiba-tiba muncul tentara
Banten menghalangi maksud Inggris. Karena Banten tidak mau pos VOC di
Batavia diisi oleh Inggris. Akibatnya Thomas Dale melarikan diri dengan
kapalnya; Banten menduduki kotaBatavia.
- 12 Mei 1619 –
Pihak Belanda mengambil keputusan untuk memberi nama baru Jayakarta
sebagai Batavia.
- Mei
1619 – Jan Pieterszoon
Coen,
seorang Belanda, melakukan pelayaran ke Banten dengan 17 kapal.
- 30 Mei 1619 –
Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten, memukul mundur
tentara Banten. Membangun Batavia sebagai pusat militer dan administrasi
yang relatif aman bagi pergudangan dan pertukaran barang-barang, karena dari
Batavia mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia bagian timur,
timur jauh, dari Eropa.
- 1619 –
Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral
VOC. Dia
menggunakan kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia menghancurkan
semua yang merintangi. Dan menjadikan Batavia sebagai tempat bertemunya
kapal-kapal dagang VOC.
- 1619 –
Terjadi migrasi orang Tionghoa ke Batavia. VOC menarik sebanyak mungkin
pedagang Tionghoa yang ada di berbagai pelabuhan seperti Banten, Jambi,
Palembang dan Malaka ke Batavia. Bahkan ada juga yang langsung datang dari
Tiongkok. Di sini orang-orang Tionghoa sudah menjadi suatu bagian penting
dari perekonomian di Batavia. Mereka aktif sebagai pedagang, penggiling
tebu, pengusaha toko, dan tukang yang terampil.
- 1620 –
Atas dasar pertimbangan diplomatik di Eropa VOC terpaksa bekerjasama
dengan pihak Inggris dengan memperbolehkan Inggris mendirikan kantor
dagang di Ambon.
- 1620 –
Dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku, VOC melakukan pembuangan, pengusiran bahkan
pembantaian seluruh penduduk Pulau Banda dan berusaha menggantikannya
dengan orang-orang Belanda pendatang dan mempekerjakan tenaga kerja kaum
budak.
- 1623 –
VOC melanggar kerjasama dengan Inggris, Belanda membunuh 12 agen
perdagangan Inggris, 10 orang Inggris, 10 orang Jepang; 1 orang Portugis
dipotong kepalanya.
- 1630 –
Belanda telah mencapai banyak kemajuan dalam meletakkan dasar-dasar
militer untuk mendapatkan hegemoni perniagaan laut di Indonesia.
- 1637 –
VOC yang telah beberapa lama di Maluku tidak mampu memaksakan monopoli atas produksi pala, bunga pala, dan yang terpenting, cengkeh. Penyeludupan cengkeh semakin berkembang, muncul
banyak komplotan-komplotan yang anti dengan VOC. Gubernur-JendralAntonio van Diemen melancarkan serangan
terhadap para penyeludup dan pasukan-pasukan Ternate di Hoamoal.
- 1638 –
Van Diemen kembali ke Maluku dan berusaha membuat persetujuan dengan raja
Ternate dimana VOC bersedia mengakui kedaulatan raja Ternate atas Seram,
Hitu serta menggaji raja sebesar 4.000 real/tahun dengan imbalan bahwa
penyeludupan cengkeh akan dihentikan dan VOC diberi kekuasaan de
facto atas Maluku. Akan tetapi persetujuan ini gagal.
- 1643 – Arnold de
Vlaming mengambil
kesempatan kekalahan Ternate dengan memaksa raja Ternate Mandarsyah ke
Batavia dan menandatangani perjanjian yang melarang penanaman pohon
cengkeh di semua wilayah kecuali Ambon atau daerah lain yang dikuasai VOC.
Hal ini disebabkan pada masa itu Ambon mampu menghasilkan cengkeh melebihi
kebutuhan untuk konsumsi dunia.
- 1656 –
Seluruh penduduk Ambon yang tersisa dibuang. Semua tanaman rempah-rempah
di Hoamoal dimusnahkan dan akibatnya daerah tersebut tidak didiami manusia
kecuali jika ekspedisi Hongi (armada tempur) melintasi wilayah itu untuk
mencari pohon-pohon cengkeh liar yang harus dimusnahkan.
- 1660 –
Armada VOC yang terdiri dari 30 kapal menyerang Gowa, menghancurkan kapal-kapal Portugis.
- Agustus-Desember
1660 – Sultan Hasanuddin, raja Gowa dipaksa menerima
persetujuan perdamaian dengan VOC, namun persetujuan ini tidak berhasil
mengakhiri permusuhan.
- 18 November 1667 –
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya, akan tetapi Hasanuddin
kembali mengobarkan pertempuran.
- April 1668 dan Juni 1669 – VOC melakukan serangan besar-besaran
terhadap Goa dan setelah pertempuran ini perjanjian Bongaya benar-benar
dilakukan.
- 1669 –
Kondisi keadaan Nusantara bagian timur bertambah kacau, kehidupan ekonomi
dan administrasi tidak terkendalikan lagi.
- 1670 –
VOC telah berhasil melakukan konsolidasi kedudukannya di Indonesia Timur.
Pihak Belanda masih tetap menghadapi pemberontakan-pemberontakan tetapi
kekuatannya tidak begitu besar.
- 1670 –
VOC menebangi tanaman rempah-rempah yang tidak dapat diawasi, Hoamoal
tidak dihuni lagi, orang Bugis dan Makassar meninggalkan kampung
halamannya. Banyak orang-orang Eropa dan sekutu-sekutu yang tewas,
semata-mata guna mencapai tujuan VOC untuk memonopoli rempah-rempah.
- 1674 – Pulau Jawa dalam keadaan yang
memprihatinkan, kelaparan merajalela, berjangkit wabah penyakit, gunung
merapi meletus, gempa bumi, gerhana bulan, dan hujan yang tidak turun pada
musimnya.
- 1680 –
Di Jawa Barat, kerajaan Banten pimpinan Sultan Ageng
Tirtayasa mengalami
masa kejayaannya, Banten memiliki suatu armada yang dibangun menurut model
Eropa. Kapal-kapalnya berlayar memakai surat jalan menyelenggarakan
perdagangan yang aktif diNusantara. Atas bantuan pihak Inggris, Denmark, Tiongkok
orang-orang Banten dapat berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam,
Tiongkok, Filipina dan Jepang. Banten merupakan penghasil lada yang sangat
kaya.
- 1680 –
VOC pada dasarnya hanya terbatas menguasai dataran-dataran rendah tertentu
saja di Jawa. daerah pegunungan seringkali tidak berhasil dikuasai dan
daerah ini dijadikan tempat persembunyian pemberontak. Tidak dapat
dihindarkan lagi pemberontakan-pemberontakan mengakibatkan kesulitan dan
menguras dana VOC.
- 1682 –
Pasukan VOC dipimpin FranƧois Tack dan Isaac de Saint-Martin berlayar menuju Banten guna menguasai
perdagangan di Banten. VOC merebut dan memonopoli perdagangan lada di
Banten. Orang-orang Eropa yang merupakan saingan VOC diusir. Orang-orang
Inggris mengundurkan diri ke Bengkulu dan Sumatera Selatan satu-satunya
pos mereka yang masih ada di Indonesia.
- 1683–1710 – VOC mengalami masalah keuangan yang
sangat berat di wilayah Asia selama kurun waktu tersebut. Di antara 23
kantornya hanya tiga (Jepang, Surat dan Persia) yang mampu memberikan
keuntungan; sembilan menunjukkan kerugian setiap tahun termasuk Ambon,
Banda, Ternate, Makassar, Banten, Cirebon dan wilayah pesisir Jawa. VOC
banyak mengeluarkan biaya-biaya yang sangat tinggi akibat pemberontakan di
samping pengeluaran pribadi VOC yang tidak efesien, kebejatan moral,
korupsi yang merajalela. VOC juga menuntut semakin banyak kepada rakyat
Jawa, yang mengakibatkan pemberontakan yang terus berlanjut dan
pengeluaran VOC bertambah tinggi.
- 1684 –
Gubernur-Jendral Speelman meninggal. Terbongkarlah korupsi dan
penyalah gunaan kekuasaan. Konon Speelman memerintah tanpa menghiraukan
nasihat Dewan Hindia dan banyak melakukan pembayaran dengan uang VOC yang
pada dasarnya tidak pernah ada untuk pekerjaan yang tidak pernah
dilakukan. Selama masa kekuasaan Speelmen jumlah penjualan tekstil menurun
90%, monopoli candu tidak
efektif. Speelman juga banyak melakukan penggelapan uang negara dan
pada 1685 semua
penunggalan Speelman disita negara.
- 8 Februari 1686 –
Dengan tipu muslihat Surapati berhasil membunuh FranƧois Tack dalam suatu
pertempuran. Tack tewas dengan dua puluh luka di tubuhnya.
- 1690 –
Belanda berusaha membalas kekalahan yang dialami Tack tetapi gagal karena
Surapati menguasai teknik-teknik militer Eropa dengan baik.
Abad
ke-18
- 1702 –
Jumlah kekuatan serdadu militer Belanda yang berkebangsaan Eropa hanya
tinggal sedikit. Administrasi VOC kacau balau
- 1706 –
Surapati terbunuh di Bangil.
- 1721 –
VOC mengumumkan apa yang dinamakan komplotan orang-orang Islam yang
bermaksud melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Eropa di Batavia dan
juga orang-orang Tionghoa.
- 1722 –
Perlakuan terhadap orang-orang Tionghoa bertambah kejam dan korup.
Walaupun demikian jumlah orang Tionghoa bertambah dengan pesat. VOC
melakukan sistem kuota untuk membatasi imigrasi, tetapi kapten-kapten
kapal Tionghoa mampu menghindarinya dengan bantuan dari pejabat VOC yang
korupsi. Kebanyakan orang-orang Tionghoa pendatang yang tidak memperoleh pekerjaan
sebagian besar mereka bergabung menjadi gerombolan-gerombolan penjahat di
sekitar Batavia.
- 1727 –
Posisi ekonomi orang Tionghoa makin penting di satu pihak dan sering
terjadinya kejahatan oleh orang Tionghoa, menimbulkan perasaan tidak
senang terhadap orang Tionghoa. Rasa tidak senang menjadi semakin tebal di
kalangan warga bebas, kolonis-kolonis Belanda yang tidak dapat menandingi
orang Tionghoa. Timbullah kemudian rasa permusuhan dan sikap rasialis
terhadap orang Tionghoa.
- 1727 –
Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan bahwa semua orang
Tionghoa yang telah tinggal 10 sampai 12 tahun di Batavia dan belum
memiliki surat izin akan dikembalikan ke Tiongkok.
- 1729 –
Pemerintah kolonial memberikan kesempatan selama 6 bulan kepada orang
Tionghoa untuk mengajukan permohonan izin tinggal di Batavia dengan
membayar 2 ringgit.
- 1730 –
Dikeluarkan larangan bagi orang Tionghoa untuk membuka tempat penginapan,
tempat pemadatan candu dan warung baik di dalam maupun di luar kota.
- 1736 –
Pemerintah kolonial mengadakan pendaftaran bagi semua orang Tionghoa yang
tidak memiliki surat izin tinggal.
- 1740 –
Terdapat 2.500 rumah orang Tionghoa di dalam tembok Batavia sedangkan
jumlah orang Tionghoa di kota dan daerah sekitarnya diperkirakan 15.000
jiwa. Jumlah ini setidak-tidaknya merupakan 17% dari keseluruhan penduduk
di daerah terebut. Ada kemungkinan bahwa orang-orang Tionghoa sebenarnya
merupakan unsur penduduk yang lebih besar jumlahnya. Ada pula orang-orang
Tionghoa di kota-kota pelabuhan Jawa dan Kartasura walaupun jumlahnya
hanya sedikit.
- 1740 –
Terjadi penangkapan terhadap orang Tionghoa, tidak kurang 1.000 orang
Tionghoa dipenjarakan. Orang Tionghoa menjadi gelisah lebih-lebih setelah
sering terjadi penangkapan, penyiksaan, dan perampasan hak milik Tionghoa.
- 4 Februari 1740 –
Segerombolan orang Tionghoa melakukan pemberontakan dan penyerbuan pos
penjagaan untuk membebaskan bangsanya yang ditahan.
- Juni
1740 – Kompeni Belanda mengeluarkan lagi peraturan bahwa
semua orang Tionghoa yang tidak memiliki izin tinggal akan ditangkapdan
diangkut ke Sailan. Peraturan ini dilaksanakan dengan sewenang-wenang.
- September
1740 – Tersiar berita bahwa segerombolan orang Tionghoa di daerah pedesaan
sekitar Batavia bergerak mendekati pintu gerbang Batavia. Mr. Cornelis
di Tangerang dan de Qual di Bekasi, memerintahkan memperkuat pos-pos penjagaan.
- 7 Oktober 1740 – Pasukan bantuan yang dikirim ke
Tangerang oleh pemerintah kolonial diserang oleh gerombolan Tionghoa,
sebagian besar dari pasukan tersebut tewas.
- Oktober
1740 – Berdasarkan bukti yang didapatkan VOC menarik kesimpulan bahwa
orang-orang Tionghoa sedang merencanakan sebuah pemberontakan.
- 8 Oktober 1740 – Kompeni Belanda mengeluarkan
maklumat, antara lain perintah menyerahkan senjata kepada kompeni. Jam malam diadakan.
- 9 Oktober 1740 – Dimulainya pembunuhan terhadap orang
Tionghoa secara besar-besaran. Yang banyak melakukan pembunuhan ini adalah
orang-orang Eropa dan para budak. Dan pada akhirnya ada sekitar 10.000
orang Tionghoa yang tewas. Perkampungan orang Tionghoa dibakar selama
beberapa hari. Kekerasan ini berhenti setelah orang Tionghoa memberikan
uang premi kepada serdadu-serdadu VOC guna melakukan tugasnya yang rutin.
- 10 Oktober 1740 – Pertahanan kompeni Belanda di
Tangerang diserang oleh sekitar 3.000 orang pemberontak Tionghoa.
- Mei 1741 – Orang-orang Tionghoa yang berhasil lolos
dari pembantaian di Batavia melarikan diri ke arah timur menyusur
sepanjang daerah pesisir. Mereka melakukan perebutan pos di Juwana. Markas
besar VOC dikepung dan pos-pos lainnya terancam.
- Juli 1741 – Pos VOC di Rembang dihancurkan oleh orang-orang Tionghoa yang
membantai seluruh personel VOC.
- Juli
1741 – Prajurit raja yang berada di Kartasura menyerang pos garnisun VOC.
Komandan VOC Kapten Johannes van Velsen dan beberapa serdadu lainnya
tewas. Serdadu yang selamat ditawari pilihan beralih ke agama Islam atau
mati dan banyak yang memilih pindah agama.
- November
1741 – Pakubuwana II mengirim pasukan artileri ke Semarang. Pasukan prajurit-prajurit tersebut bersatu
dengan orang Tionghoa melakukan pengepungan terhadap pos VOC. Pos VOC di
Semarang ini dikepung oleh kira-kira 20.000 orang Jawa dan 3.500 orang
Tionghoa dengan 30 pucuk meriam. Orang Jawa dan Tionghoa bersatu melawan
kompeni Belanda.
- Desember
1741-awal 1742 –
VOC merebut kembali daerah-daerah lain yang terancam serangan.
- 13 Februari 1755 –
VOC menandatangani Perjanjian Giyanti. Isinya VOC mengakui
Mangkubumi sebagai Sultan
Hamengkubuwana I, penguasa separuh wilayah Jawa Tengah.
- September 1789 – Belanda mendengar desas-desus bahwa raja
Jawa akan melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Eropa, sehingga
mengutus seorang residen yang bernama Andries Hartsick dengan memakai
pakaian Jawa menghadiri pertemuan rahasia di Istana Jawa.
- 1 Januari 1800 –
VOC secara resmi dibubarkan, didirikan Dewan untuk urusan jajahan Asia.
Belanda kalah perang dan dikuasai Perancis. Wilayah-wilayah yang dimiliki Belanda menjadi
milik Perancis.
Sebab- sebab keruntuha VOC pada saat itu adalah
sebagai berikut :
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa sebab yang
menyebabkan VOC runtuh adalah lantaran korupsi yang terjadi di tubuh VOC itu
sendiri. Namun tokoh – tokoh berwibawa seperti J.C. van Leur dan W. Coolhaas
secara meyakinkan mengemukakan bahwa korupsi bukanlah faktor utama dalam
kemunduran dan keruntuhan VOC (Boxer, 1983 : 107). Penaklukan tiga daerah
seperti Malaka, Srilangka dan Makassar hanya dapat diselesaikan sesudah
pertempuran – pertempuran sengit terhadap lawan – lawan yang gigih, sementara
peperangan yang terjadi di Jawa Tengah memperlihatkan kelemahan –kelemahan yang
mencolok dari organisasi dan personil militer VOC.
Perang Perebutan Mahkota III
(1749 – 1755) berakhir tanpa memberikan penyelesaian yang jelas, tetapi
hasilnya seri segi tiga antara VOC, Susuhunan Surakarta dan Sultan Yogyakarta.
Hal tersebut memperlihatkan lemahnya organisasi dan militer VOC. Namun Van leur
berpendapat bahwa kelemahan angkatan laut merupakan faktor utama dalam
kejatuhan VOC, walaupun dia melangkah terlalu jauh dengan menyatakan bahwa
inilah sesungguhnya yang merupakan satu – satunya sebab keruntuhan VOC. VOC
banyak kekurangan tengaga pelaut yang terampil sehingga banyak digunakan tenaga
pelaut yang lemah fisik dan kadang – kadang sakit. Kemerosotan dalam mutu awak
kapal VOC mungkin ada hubungannya dengan jumlah kapal karam, terutama dalam
kalangan kapal Hindia.
Perang tahun 1780 – 1783 memperlihatkan kelamahan
maritim VOC demikian jelasnya, hingga Heeren XVII terpaksa meminta bantuan
angkatan laut dari Staten Generaal (Ibid, hal : 140).
Keadaan VOC yang merosot di Asia menjadi bahan pembahasan di negeri Belanda, mengenai apa yang harus atau dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan ini. Para pembela kompeni mengatakan bahwa hutangnya yang berjumlah Fl.21.543.644 telah berkurang menjadi Fl.8.506.567 dalam tahun 1799. Mereka menyatakan bahwa hutang ini seluruhnya dapat dihapuskan, kalau tidak karena keterlibatannya dalam Perang Belanda – Inggris yang membawa bencana dalam tahun 1780 – 1783, yang sama sekali tidak dikehendakinya. Pada akhirnya karena banyaknya hutang – hutang VOC serta terjadinya banyak korupsi di tubuh VOC itu sendiri, pihak negeri Belanda melayangkan mosi tidak percaya terhadap Heeren XVII dan membubarkannya. Dengan demikian VOC pun dibubarkan pada 31 Desember 1799.
Keadaan VOC yang merosot di Asia menjadi bahan pembahasan di negeri Belanda, mengenai apa yang harus atau dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan ini. Para pembela kompeni mengatakan bahwa hutangnya yang berjumlah Fl.21.543.644 telah berkurang menjadi Fl.8.506.567 dalam tahun 1799. Mereka menyatakan bahwa hutang ini seluruhnya dapat dihapuskan, kalau tidak karena keterlibatannya dalam Perang Belanda – Inggris yang membawa bencana dalam tahun 1780 – 1783, yang sama sekali tidak dikehendakinya. Pada akhirnya karena banyaknya hutang – hutang VOC serta terjadinya banyak korupsi di tubuh VOC itu sendiri, pihak negeri Belanda melayangkan mosi tidak percaya terhadap Heeren XVII dan membubarkannya. Dengan demikian VOC pun dibubarkan pada 31 Desember 1799.
Selain itu banyak sebab- sebab lain dari berbagai
pakar.
Berikut ini adalah sebagian pendapat mereka :
Pada pertengahan abad ke 18 VOC mengalami kemunduran
karena beberapa sebab. Kemunduran ini mengakibatkan dibubarkannya VOC. Di
antara beberapa penyebabnya adalah:
1. Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi.
2. Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari Gowa.
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak.
4. Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC kekurangan.
5. Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
1. Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi.
2. Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari Gowa.
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak.
4. Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC kekurangan.
5. Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
Akhirnya VOC dibubarkan pada 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.
Sejak tahun 1780-an terjadi peningkatan biaya dan
menurunnya hasil penjualan, yang menyebabkan kerugian perusahaan dagang
tersebut. Hal ini disebabkan oleh korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan
oleh para pegawai VOC di Asia Tenggara, dari pejabat rendah hingga pejabat
tinggi, termasuk para residen. Misalnya beberapa residen Belanda memaksa rakyat
untuk menyerahkan hasil produksi kepada mereka dengan harga yang sangat rendah,
dan kemudian dijual lagi kepada VOC melalui kenalan atau kerabatnya yang
menjadi pejabat VOC dengan harga yang sangat tinggi.
Karena korupsi, lemahnya pengawasan administrasi dan kemudian konflik dengan pemerintah Belanda sehubungan dengan makin berkurangnya keuntungan yang ditransfer ke Belanda karena dikorupsi oleh para pegawai VOC di berbagai wilayah, maka kontrak VOC yang jatuh tempo pada 31 Desember 1979 tidak diperpanjang lagi dan secara resmi dibubarkan tahun 1799. Setelah dibubarkan, plesetan VOC menjadi Vergaan Onder Corruptie (Hancur karena korupsi).
Setelah VOC dibubarkan, daerah-daerah yang telah menjadi kekuasaan VOC, diambil alih –termasuk utang VOC sebesar 134 juta gulden- oleh Pemerintah Belanda, sehingga dengan demikian politik kolonial resmi ditangani sendiri oleh Pemerintah Belanda. Yang menjalankan politik imperialisme secara sistematis, dengan tujuan menguasai seluruh wilayah, yang kemudian dijadikan sebagai daerah otonomi yang dinamakan India-Belanda (Nederlands-IndiĆ«) di bawah pimpinan seorang Gubernur Jenderal.
Gubernur Jenderal VOC terakhir, Pieter Gerardus van Overstraten (1797 – 1799), menjadi Gubernur Jenderal Pemerintah India-Belanda pertama (1800 – 1801).
Karena korupsi, lemahnya pengawasan administrasi dan kemudian konflik dengan pemerintah Belanda sehubungan dengan makin berkurangnya keuntungan yang ditransfer ke Belanda karena dikorupsi oleh para pegawai VOC di berbagai wilayah, maka kontrak VOC yang jatuh tempo pada 31 Desember 1979 tidak diperpanjang lagi dan secara resmi dibubarkan tahun 1799. Setelah dibubarkan, plesetan VOC menjadi Vergaan Onder Corruptie (Hancur karena korupsi).
Setelah VOC dibubarkan, daerah-daerah yang telah menjadi kekuasaan VOC, diambil alih –termasuk utang VOC sebesar 134 juta gulden- oleh Pemerintah Belanda, sehingga dengan demikian politik kolonial resmi ditangani sendiri oleh Pemerintah Belanda. Yang menjalankan politik imperialisme secara sistematis, dengan tujuan menguasai seluruh wilayah, yang kemudian dijadikan sebagai daerah otonomi yang dinamakan India-Belanda (Nederlands-IndiĆ«) di bawah pimpinan seorang Gubernur Jenderal.
Gubernur Jenderal VOC terakhir, Pieter Gerardus van Overstraten (1797 – 1799), menjadi Gubernur Jenderal Pemerintah India-Belanda pertama (1800 – 1801).
Dari berbagai pendapat dapat kita simpulkan bahwa
sebab keruntuhan VOC itu adalah
- Korupsi
merajalela di kalangan pegawai pejabat dan hampir semua lini pemerintahan
VOC di Nusantara.
- Banyaknya
pengeluaran yang terjadi pada masa itu. Ini adalah dampak dari peperangan
melawan Iggris.
- Adanya
saingan baru di daerah Nusantara seperti Inggris dan Perancis
- Perubahan
politik di Belanda juga menyebabkan keruntuhannya.
- Hutang
VOC sangatlah besar.
- Lemahnya
pasukan militer atau perang VOC
- Mulai
tumbuhnya rasa Nasionalisme di daerah Nusantara
Terus kunjungi Blog pion43
Sejarah lengkap tentang VOC di Indonesia | Sejarah Dunia
EmoticonEmoticon